Tanaman Ciplukan Mengandung Racun Anti-Hama Ampuh

Manfaat tanaman Ciplukan, tanaman herbal ini merupakan bagian integral budaya Afrika, setidaknya ilmuwan telah mengidentifikasi 21 jenis terapi obat-obatan tradisional Afrika untuk menyembuhkan penyakit. Tanaman herbal tersebut mampu mengobati demam, asma, sembelit, kanker esophagus dan hipertensi. Dimana 16 tanaman yang tumbuh di wilayah Kwa-Zulu telah dianalisa dan delapan diantaranya dapat mengobati tekanan darah tinggi atau hipertensi, salah satunya termasuk Physalis Viscosa.

Tanaman genus Physalis juga dikenal sebagai ceri tanah, Ciplukan atau Cepluk, buah Lentera China, tanaman ini memiliki sejarah panjang sebagai ramuan obat di India dan Timur Tengah. Tanaman Physalis mengandung Lakton Steroid, yang juga berfungsi sebagai Withanolides. Withanolides berpotensi sebagai Anti-kanker, anti-inflamasi dan Apoptosis. Manfaat efek Withanolides pada tanaman Ciplukan dianggap sebagai pertahanan terhadap herbivora, dimana zat ini telah terbukti ampuh sebagai anti-makan serta imunosupresan pada serangga. 

Manfaat Tanaman Ciplukan

Dalam bertahan hidup untuk mengusir herbivora, banyak tanaman mempertahankan diri dengan cara memproduksi zat beracun atau jera. Selama evolusi, beberapa serangga telah berhasil beradaptasi dengan kimia defensif yang dihasilkan dari tanaman inang sehingga mampu menghindari mekanisme pertahanan tanaman. 

Pengobatan tradisional di Asia telah menggunakan tanaman ini untuk mengobati berbagai penyakit. Akar tanaman Ciplukan berkhasiat untuk menyembuhkan diabetes melitus, buahnya untuk mengobati penyakit epilepsi, penyakit paru-paru, sakit tenggorokan. Ciplukan juga dikenal sebagai Morel Berry, buah kaya vitamin C sehingga mampu mengobati mengobati sariawan dan gusi berdarah.

Manfaat tanaman Ciplukan berguna untuk melawan kanker, daunnya terbukti mampu melawan dan membunuh sel-sel kanker ganas. Ramuan buah dan daun dapat mengecilkan ukuran tumor atau kanker, mengobati bisul, dan mengobati borok. Tanaman ini juga bisa mengatasi tekanan darah tinggi, reumatik, batuk bronchitis, dan pembengkakan testis.

Dilain hal, tanaman juga telah beradaptasi dan mengembangkan sistem pertahanan yang menghasilkan kontra-adaptasi pada serangga. Banyak serangga hama tanaman yang dikategorikan sebagai Spesialis dan Generalis, generalis umumnya memakan banyak tanaman yang berbeda sedangkan spesialis telah beradaptasi dengan satu atau beberapa spesies tanaman.

Para ilmuwan baru-baru ini mengukur dan membandingkan efek Withanolides, dimana tingkat kelangsungan hidup dan status kekebalan pada dua spesies ngengat. Yaitu spesialis Heliothis Subflexa dan generalis Heliothis Virescens. Ngengat spesialis memiliki respon imun yang lebih lemah dibandingkan dengan generalis. Withanolides melindungi spesialis, tetapi tidak pada generalis, dan efek pertumbuhan mampu menekan infeksi yang disebabkan oleh bakteri patogen Bacillus Thuringiensis. Larva Heliothis subflexa secara teoritis mendapat keuntungan dari buah-buahan Physalis, withanolides mengakibatkan aktivitas stimulan antibakteri dan kekebalan.

Efek ini dapat dikaitkan dengan kemungkinan interaksi Withanolides dengan jalur transduksi sinyal dalam sel. Penelitian sebelumnya telah menjelaskan bahwa Withanolides dapat menyebabkan gangguan molting pada serangga, efek anti-makan dan efek imunosupresif muncul disebabkan penyesuaian Withanolides pada serangga. Efek zat beracun Withanolides pada serangga herbivora sangat bermanfaat adaptif, karena beberapa spesies serangga memberi makan pada tanaman Physalis dengan cara impunitas. Studi ini sangat berpengaruh bagi perindustrian pengendalian hama, dimana kemungkinan besar manfaat tanaman Ciplukan akan digunakan untuk menghasilkan produk anti-hama ramah lingkungan.

Referensi

• Moth takes advantage of defensive compounds in Physalis fruits, by Max Planck Institute for Chemical Ecology, 26 August 2016. Physalis, image courtesy of Wikimedia Commons.
• Journal Ref: Immune modulation enables a specialist insect to benefit from antibacterial withanolides in its host plant. Nature Communications, 2016; 7: 12530 DOI: 10.1038/NCOMMS12530