Metode farmasi menjelaskan bagaimana menghasilkan persediaan herbal yang benar untuk digunakan sebagai obat. Misalnya dalam pembuatan dekokta, gargarisma dan kolutorium, untuk memaksimalkan manfaat tanaman obat. Ada beberapa metode yang bisa digunakan dalam menghasilkan herba lebih maksimal untuk mengobati penyakit. Termasuk diantaranya Infusa herbal dan pembuatan teh yang paling umum digunakan dalam pengobatan herba.
Dekokta dalam bahasa latin disebut Dekoktum, merupakan sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati dengan pelarut air. prinsip ekstraksi sebagai berikut:
- Pelarut air dipanaskan pada suhu 90 derajat Celsius selama 30 menit. Suhu ini dihitung setelah panci bagian bawah mulai mendidih.
- Takaran air umumnya 10 kali bahan herba. Misalnya 10 gram bahan herba dipanaskan kedalam 100 ml air.
- Ketika dipanaskan, sesekali diaduk, setelah selesai dapat diperas dan disaring
- Dekokta hanya bisa digunakan tidak lebih dari 48 jam.
Adapun bahan-bahan nabati (simplisia nabati) pada umumnya menggunakan herba segar. Karena herba segar belum mengalami penyusutan nutrisi yang masih banyak di dalamnya.
Metode Pembuatan Dekokta
Pembuatan dekokta hampir sama dengan metode infusa herbal, hanya saja dekokta memerlukan waktu pemanasan selama 30 menit. Biasanya dekokta menggunakan plearut yang lebih sesuai untuk mengekstrak zat aktif herba. Adapun zat pelarut yang bisa bercampur dengan air, yaitu:
- Pelarut polar, merupakan air ataupun larutan yang berasal dari herba itu sendiri.
- Pelarut non polar, merupakan pelarut yang tidak bisa bercampur dengan air, seperti aseton, etil asetat.
Sebenarnya metode infusa dan dekokta menggunakan pelarut polar dan non polar. Tetapi dekokta memerlukan waktu pemanasan yang lebih lama, karena berkaitan dengan bahan nabati yang keras. Misalnya kulit kayu (korteks), ranting/kayu (lignum), akar (radiks), batang, kulit buah (perikarpium), dan biji (semen). Disimpulkan bahwa, metode infusa ditujukan untuk bahan herba yang lunak dan dekokta untuk bahan nabati yang keras.
Apabila menemukan resep yang menyebutkan istilah merebus dalam website ini, maka metode yang digunakan masih bersifat tradisional. Pembuatan obat herbal atau jamu secara tradisional tidak mengenal istilah farmasi. Umumnya dipanaskan dengan cara mencampur bahan nabati lunak dan keras. Karena dalam metode farmasi lebih tertuju pada nilai yang pasti, seperti jumlah berat dan takaran air. Pengetahuan farmasi menggunakan metode infusa, dekokta, gargarisma, kolutorium, teh, sirup, tingtur, dan ekstrak.
Contoh Pembuatan Dekokta
Sebelum membuat dekokta, sebaiknya memahami setiap bahan nabati, diantaranya bahan yang keras, bahan tanpa minyak atsiri, dan bagian nabati yang tahan terhadap pemanasan. Contoh resep dekokta sebagai berikut:
- Iris-iris 250-300 gram akar alang-alang, atau 10 persen dari volume air.
- Dipanaskan pada suhu 90 derajat Celsius selama 30 menit, terhitung ketika dasar panci mulai mendidih.
- Sekali-kali diaduk, saring dan peras selagi panas dengan kain flannel.
- Dekokta diminum 2 kali sehari pada pagi dan sore hari.
- Dekokta harus dibuat setiap dua hari sekali, dan digunakan tidak lebih dari 48 jam.
- Uji klinis dapat menyembuhkan 27 kasus dari 30 penderita nefritis akut.
Mengapa dekokta dianggap penting dalam pembuatan persediaan herbal? Pembuatan sediaan herbal dengan kedua metode, infusa dan dekokta, akan mempermudah dalam mencampur ekstraksi. Bahan herba lunak dan keras, masing-masing menggunakan prinsip yang sesuai dengan takaran tepat. Adapun syarat pembuatan, termasuk peralatan, dapat dilihat pada halaman Cara Membuat Sediaan Herbal, kemudian cara membuat infusa, dan cara menyeduh teh yang benar.
Ketiga metode persediaan herbal, infusa, dekokta dan teh, merupakan hal yang paling umum dan mendasar. Tehnik ini dapat digunakan sehari-hari, khususnya bagi Anda yang ingin mendapatkan manfaat maksimal tanaman obat.
Referensi
Acuan Sediaan Herbal, publiher Badan POM RI, 2008
Pembuatan Dekokta, Prinsip Ekstraksi Dan Contoh Resep
Reviewed by Jamaluddin
on
7/05/2017
Rating:
No comments: