Ibu zaman sekarang terkadang kesulitan dalam menangani masalah air susu ibu atau ASI karena rutinitas dan kesibukan kantor. ASI merupakan susu yang diproduksi oleh manusia untuk konsumsi bayi, dan asupan ini merupakan sumber gizi utama bagi bayi. Bayi yang baru beberapa bulan lahir sangat membutuhkannya karena belum dapat mencerna makanan padat. Para orang tua kita telah mengajarkan cara alami memperbanyak ASI, tentunya dengan ramuan tradisional pelancar ASI.
Air susu dari sang ibu disebabkan pengaruh hormon Prolaktin dan Oksitosin, dan ini terjadi hanya setelah kelahiran. ASI pertama yang keluar disebut Kolostrum yang mengandung immunoglobulin IgA yang berfungsi untuk kekebalan tubuh bayi melawan penyakit. Sejak dahulu, orang tua kita yang tidak bisa menyusui anaknya akan mengambil tindakan untuk memberikan susu dari ibu yang lain. Ini dilakukan agar bayi mereka mendapatkan asupan makanan yang cukup selama masa petumbuhan selama setahun.
Banyak hal yang mempengaruhi produksi ASI sehingga tidak maksimal, bahkan terhambat. Sehingga asupan makanan bayi digantikan dengan susu kemasan atau susu perah dari sapi dan kambing. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi ASI diantaranya adalah makanan, ketenangan jiwa dan pikiran, penggunaan alat kontrasepsi, perawatan payudara. Juga faktor anatomi payudara, fisiologi, waktu istirahat, frekuensi menyusui, obat-obatan, usia kelahiran. Bahkan sangat banyak ibu-ibu yang tidak bisa menghasilkan ASI dengan baik karena konsumsi rokok dan alkohol.
Ramuan Tradisional Pelancar ASI
Ada banyak jenis ramuan herba yang dapat membantu melancarkan ASI, salah satunya dengan ramuan kunyit dan kencur. Secara tradisional, nenek moyang Asia telah mengajarkan cara membuat ramuan tradisional pelancar ASI dari tanaman ketapang. Nama latin ketapang disebut Terminalia catappa, merupakan salah satu pohon tropis yang besar, berasal dari keluarga pohon cemara (Combretaceae). Tanaman ini paling sering terlihat sebagai pohon peneduh dan hiasan di taman.
Menurut studi, daun ketapang mengandung flavonoid seperti Kaempferol atau Quercetin. Juga mengandung tanin seperti punicalin, punicalagin, tercatin, saponines dan phytosterols. Kandungan senyawa kimia didalamnya telah digunakan dalam berbagai obat herbal untuk mengobati beberapa penyakit. Manfaat ketapang telah digunakan masyarakat dunia sebagai obat, diantaranya sebagai berikut:
- Orang-orang Taiwan memanfaatkan daun ketapang sebagai ramuan untuk mengobati penyakit hati.
- Di Suriname, teh daun ketapang digunakan untuk mengobati disentri dan diare.
- Daun ketapang diduga mengandung zat penting yang dapat digunakan untuk mencegah kanker.
- Manfaat daun ketapang juga berkhasiat sebagai antioksidan dan memiliki karakteristik anticlastogenic.
- Menurut studi, ekstrak daun ketapang telah menunjukkan aktivitas melawan strain Plasmodium falciparum chloroquine (CQ), resistant (FcB1), dan CQ-sensitive (HB3).
- Memasukkan daun ketapang kedalam air atau akuarium, dapat membantu menurunkan kadar pH dan mengurangi kandungan logam berat. Sehingga banyak digunakan dalam pemeliharaan ikan selama bertahun-tahun. Daun ini dianggap aktif melawan beberapa parasit dan bakteri patogen, membantu mencegah jamur pada telur ikan.
Kelebihan tanaman ini juga dapat membantu para ibu untuk melancarkan ASI, dan juga bermanfaat sebagai pencahar. Cara membuat ramuan tradisional pelancar ASI dari ketapang sebagai berikut:
- Ambil 3 biji Ketapang, kemudian bersihkan dan digiling menjadi halus.
- Tambahkan 2 sendok makan tepung Garut, dan gula Aren secukupnya.
- Seluruh ramuan dijadikan bubur, dan porsi ini dimakan sekali sehari.
Baca juga:
- Obat Tradisional Membersihkan Rahim Setelah Melahirkan
- Obat Tradisional Setelah Bersalin, Jamu Buatan Sendiri
- Cara Mengolah Gandarusa Agar Pria Tidak Subur, KB Alami
Ramuan ini tidak hanya sebagai pelancar ASI, tetapi juga bermanfaat sebagai pencahar ringan. Sehingga ibu yang juga mengalami masa sulit setelah melahirkan tidak perlu lagi mengkonsumsi obat pencahar.
Ramuan Tradisional Pelancar ASI, Bubur Ibu Menyusui
Reviewed by Jamaluddin
on
12/07/2017
Rating:
No comments: